Minggu, 02 Maret 2014

Opini: Pesta Demokrasi 2014: Membutuhkan Pemimpin yang Berintergritas!

OPINI: Pesta Demokrasi 2014 Membutuhkan Pemimpin yang Berintergritas! 
Untuk Download File Word Klik DOWNLOAD
Bagaikan kapal yang akan berlayar mengarungi samudera luas, menyembrangi pulau, dan melawan derasnya ombak. Kapal tersebut membutuhkan seorang nahkoda yang tangguh, mengerti kondisi serta mampu untuk membaca situasi. Namun, tidak hanya nahkoda yang dibutuhkan untuk mencapai pulau seberang, tetapi juga anak buah kapal (ABK) yang selalu men-support dan memberikan bantuan serta kepercayaan kepada sang nahkoda. Hal demikian tidak hanya dibutuhkan kapal dalam berlayar. Indonesia pun membutuhkan nahkoda baru dalam meraih cita dan tujuan negara Republik Indonesia. Seorang nahkoda yang cerdas, tegas, mendapatkan dukungan dari masyarakat, dan yang paling penting adalah berintegritas tinggi. Momentum tersebut kembali hadir di tahun 2014 ini, tentu sudah sangat jelas, PEMILU 2014, sebuah ajang pesta demokrasi rakyat yang memiliki esensi sangat berarti dalam pembangunan Indonesia selama lima tahun ke depan. Pemilu 2014 bukanlah milik sebagian atau segelintir orang saja yang ingin mendapatkan keuntungan dari terselenggaranya pemilu tersebut, tetapi pemilu 2014 adalah pesta demokrasi untuk semua rakyat, tak terkecuali mereka yang berada di pedalaman pulau ataupun di garis di pulau terluar. Pesta ini adalah pesta kita bersama.

Goresan tinta sejarah telah mewarnai proses demokrasi di negeri ini, mulai dari perubahan sistem dalam pemerintahan (parlementer-presidensial) hingga tata lembaga perwakilan dan hubungannya dengan lembaga lain. Hal demikian menunjukkan bahwa proses demokrasi di Indonesia telah berkembang. Namun demikian, perkembangan tersebut cenderung lambat karena tidak semua masyarakat mengambil peran dalam proses pemilihan umum tersebut. Alhasil ini akan mempengaruhi hasil dari pemilu itu sendiri terutama dalam hal legitimasi. Untuk mewujudkan pemilu yang partisipan maka perlu adanya kesadaran “melalui pendidikan politik” dalam masyarakat akan pentingnya partisipasi dalam pemilu, satu suara saja menentukan masa depan Indonesia lima tahun mendatang. Menghadapi pelaksanaan Pemilu 2014 ini, masyarakat perlu meningkatkan kedewasaan dan kesadaran berpolitik agar kualitas demokrasi semakin baik. Mengingat perkembangan dan dinamika sosial politik menjelang Pemilu 2014 sangat tinggi, seluruh pemangku kepentingan perlu mengendalikan kegiatan politiknya agar tidak mengganggu publik. Namun demikan, ketika kesadaran itu mulai tumbuh dan meningkat, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kesiapan untuk menerima kemenangan juga kekalahan dan menerimanya sebagai suatu hal yang biasa dalam sebuah kompetisi. Harus disadari bahwa masyarakat selain rasional dan cerdas dalam menentukan pilihannya, diharapkan juga bahwa masyarakat lain dihormati pilihannya.

Sebagaimana diketahui, tahun 2014 merupakan tahun politik. Pasalnya 2 (dua) agenda besar akan diselenggarakan pada tahun ini oleh penyelenggara pemilu (KPU RI dan KPU Kabupaten/Kota), yakni pada tanggal 9 April Pemilu DPR, DPD, dan DPRD, dan akan dilanjutkan dengan Pemilihan Presiden/Wakil Presiden pada tanggal 9 Juli dan jika ronde kedua harus dilaksanakan, hal tersebut akan diadakan pada bulan September 2014.

Dalam rangka pelaksanaan itu maka bukan hal yang mengherankan jika pohon-pohon di jalanan pun dipasangi paku dari poster-poster para caleg (calon legislatif) atau bahkan capres/cawapres dengan berbagai macam slogan dan banyak atribut yang “menghiasi” ham­pir setiap sudut di nusantara tak terkecuali di Kota Kupang Kota Kasih ini, lengkap disertai dengan janji-janji politiknya, itu semua dalam rangka menghimbau, me­ngajak, dan meyakinkan masyarakat bahwa para caleg tersebut layak untuk dipilih.   Intinya pencitraan diri secara positif, dan itu bukanlah sesuatu yang dilarang oleh perundangan-undangan yang berlaku. Pencitraan yang dilakukan para caleg be­ragam. Ada dengan cara-cara me­ma­sang baliho berbagai ukuran dengan senyum yang sumringah, termasuk yang dipasang di ang­kutan umum, ada pula caleg yang memberikan hadiah pada acara-acara perlombaan yang digelar organisasi kepemudaan, pun ada yang membuat jalan, memberikan bantuan biaya pen­di­dikan bagi masyarakat yang kurang mampu, dan bantuan kepada panti asuhan, gereja, masjid, kelompok-kelompok keagamaan, dan sebagainya. Pencitraan adalah sesuatu yang dibo­leh­kan dilakukan para caleg. Tetapi apakah pencitraan dengan serta merta akan dipilih oleh masyarakat? Jawabannya tentu tidak sesederhana itu. Terpilih atau tidak terpilihnya sang caleg sangat bergantung kepada seberapa besar keyakinan masyarakat kepada calonnya untuk bisa mewakilinya kelak di lembaga legislatif. Tentu keyakinan tersebut berdasar, di antaranya me­nge­ta­hui rekam jejak (track record) sang caleg, kapasitas sumber daya manusianya yang tidak diragukan lagi, perilaku yang baik di tengan-tengah masyarakat, telah cukup banyak berbuat sesuatu dalam kehidupan sosial yang telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,berkarakter, dan  yang paling penting adalah “melakukan apa yang dikatakannya” (berintegritas).

 Di semua lapisan masyarakat ada seruan yang kuat agar para pemimpin, baik di bidang usaha, politik atau agama, hidup berintegritas. Integritas dipandang sebagai kualitas yang sangat mendasar dan penting dalam kepemimpinan. Namun pertanyaannya mengapa menjadi penting seorang pemimpin memiliki integritas? Integritas adalah modal utama seorang pemimpin, namun sekaligus modal yang paling jarang dimiliki oleh seorang pemimpin. Integritas ialah keadaan di mana sesuatu sama dan lengkap dalam suatu kesatuan. Artinya : “Kata-kata saya sesuai dengan perbuatan saya, kapanpun dan di manapun saya berada”. Orang yang berintegritas ialah orang yang punya prinsip, orang yang memiliki kepribadian yang teguh dan mempertahankannya dengan konsisten. Integritas bagi seorang pemimpin merupakan alat yang sangat kuat untuk memimpin dan dapat meningkatkan kredibilitasnya di mata orang-orang yang dipimpinnya.

Ciri-ciri integritas yang sangat penting menurut hemat penulis, yaitu: 1) Ketulusan: motivasi yang murni. Pemimpin yang tulus adalah pemimpin yang memiliki motivasi yang murni. Kemurnian dari motivasi pemimpin dapat ditunjukkan melalui transparansi hidup, kerelaan hati dan keterusterangan.  2) Konsistensi: menjalani kehidupan sebagai suatu keseluruhan. Pemimpin yang memiliki konsistensi dapat dinyatakan melalui komunikasi. Komunikasi yang dibangun adalah komunikasi yang dilakukan secara dua arah, di mana pemimpin tidak hanya  memikirkan dan menghendaki keinginan dan kemauannya yang didengar dan diterima oleh orang lain, tetapi ia juga harus bisa menerima keinginan dan kemauan dari orang lain,  dan 3) Keandalan: mencerminkan kesetiaan kepada Allah. Keandalan dapat ditemukan lewat kekudusan, kesetiaan, dan pengetahuan akan firman Allah dari kehidupan pemimpin.  Kekudusan berbicara tentang karakter Allah, di mana Allah itu kudus dan Ia terpisah dari dosa.  Pemimpin harus hidup dalam kekudusan dengan demikian ia hidup dalam karakter Allah yang akan mendatangkan reputasi yang baik. Reputasi yang baik membuat pemimpin dapat diandalkan, demikian sebaliknya. Area yang sering kali menjadi tempat kejatuhan para pemimpin, yaitu: kedudukan, harta, dan seks. Selain kekudusan, pemimpin yang dapat diandalkan adalah pemimpin yang memiliki kesetiaan. Kesetiaan yang dimaksud adalah pemimpin memiliki loyalitas dan komitmen kepada Tuhan, organisasi, dan orang-orang yang dipimpin. Loyalitas dan komitmen pemimpin akan teruji melalui setiap tantangan dan hambatan dalam kepemimpinannya.  Keandalan yang terakhir dari pemimpin adalah pengetahuan akan firman Tuhan, karena Alkitab adalah sumber utama dalam pengambilan keputusan.

Kembali kepada para caleg (calon-calon pemimpin). Menurut hemat penulis, banyaknya atribut caleg seperti baliho, spanduk, poster, dan kalender yang terpasang hampir di ­semua jalan dan tempat di dapilnya tidak menjamin dapat meraih suara yang banyak pula, karena kini masyarakat telah rasional dalam menentukan sikap, dan tidak gampang (lagi) terombang-ambing dengan janji-janji manis. Hal tersebut me­ng­indikasikan masyarakat mulai cerdas dalam menentukan pilihannya. Jumlah atribut sang caleg tidak selalu berbanding lurus dengan perolehan suara. Walaupun demikian segala upaya dan usaha yang telah dilakukan para calon pemimpin ini dalam mengekspose diri mereka kepada masyarakat patutlah diberikan apresiasi dan dihargai dengan keyakinan bahwa kelak jika para calon pemimpin kita ini terpilih menjadi pemimpin dalam berbagai tingkatan pemerintahan khususnya di Kota Kupang maka menjadi harapan kita bersama bahwa mereka yang terpilih akan menjadi pemimpin yang berintegritas “melakukan apa yang dikatakannya dan mengatakan apa yang dilakukannya.”  Sekian.

0 komentar:

Posting Komentar