OPINI: Pesta Demokrasi 2014
Membutuhkan Pemimpin yang Berintergritas!
Bagaikan kapal
yang akan berlayar mengarungi samudera luas, menyembrangi pulau, dan melawan
derasnya ombak. Kapal tersebut membutuhkan seorang nahkoda yang tangguh,
mengerti kondisi serta mampu untuk membaca situasi. Namun, tidak hanya nahkoda
yang dibutuhkan untuk mencapai pulau seberang, tetapi juga anak buah kapal
(ABK) yang selalu men-support dan memberikan bantuan serta kepercayaan kepada
sang nahkoda. Hal demikian tidak hanya dibutuhkan kapal dalam berlayar.
Indonesia pun membutuhkan nahkoda baru dalam meraih cita dan tujuan negara Republik
Indonesia. Seorang nahkoda yang cerdas, tegas, mendapatkan dukungan dari
masyarakat, dan yang paling penting adalah berintegritas tinggi. Momentum
tersebut kembali hadir di tahun 2014 ini, tentu sudah sangat jelas, PEMILU
2014, sebuah ajang pesta demokrasi rakyat yang memiliki esensi sangat berarti
dalam pembangunan Indonesia selama lima tahun ke depan. Pemilu 2014 bukanlah
milik sebagian atau segelintir orang saja yang ingin mendapatkan keuntungan
dari terselenggaranya pemilu tersebut, tetapi pemilu 2014 adalah pesta demokrasi
untuk semua rakyat, tak terkecuali mereka yang berada di pedalaman pulau
ataupun di garis di pulau terluar. Pesta ini adalah pesta kita bersama.
Goresan
tinta sejarah telah mewarnai proses demokrasi di negeri ini, mulai dari
perubahan sistem dalam pemerintahan (parlementer-presidensial) hingga tata
lembaga perwakilan dan hubungannya dengan lembaga lain. Hal demikian
menunjukkan bahwa proses demokrasi di Indonesia telah berkembang. Namun
demikian, perkembangan tersebut cenderung lambat karena tidak semua masyarakat
mengambil peran dalam proses pemilihan umum tersebut. Alhasil ini akan mempengaruhi
hasil dari pemilu itu sendiri terutama dalam hal legitimasi. Untuk mewujudkan
pemilu yang partisipan maka perlu adanya kesadaran “melalui pendidikan politik”
dalam masyarakat akan pentingnya partisipasi dalam pemilu, satu suara saja
menentukan masa depan Indonesia lima tahun mendatang. Menghadapi pelaksanaan
Pemilu 2014 ini, masyarakat perlu meningkatkan kedewasaan dan kesadaran
berpolitik agar kualitas demokrasi semakin baik. Mengingat perkembangan dan
dinamika sosial politik menjelang Pemilu 2014 sangat tinggi, seluruh pemangku
kepentingan perlu mengendalikan kegiatan politiknya agar tidak mengganggu
publik. Namun demikan, ketika kesadaran itu mulai tumbuh dan meningkat, hal
yang tidak kalah pentingnya adalah kesiapan untuk menerima kemenangan juga kekalahan
dan menerimanya sebagai suatu hal yang biasa dalam sebuah kompetisi. Harus
disadari bahwa masyarakat selain rasional dan cerdas dalam menentukan
pilihannya, diharapkan juga bahwa masyarakat lain dihormati pilihannya.
Sebagaimana
diketahui, tahun 2014 merupakan tahun politik. Pasalnya 2 (dua) agenda besar
akan diselenggarakan pada tahun ini oleh penyelenggara pemilu (KPU RI dan KPU
Kabupaten/Kota), yakni pada tanggal 9 April Pemilu DPR, DPD, dan DPRD, dan akan
dilanjutkan dengan Pemilihan Presiden/Wakil Presiden pada tanggal 9 Juli dan jika
ronde kedua harus dilaksanakan, hal tersebut akan diadakan pada bulan September
2014.
Dalam rangka
pelaksanaan itu maka bukan hal yang mengherankan jika pohon-pohon di jalanan
pun dipasangi paku dari poster-poster para caleg (calon
legislatif) atau bahkan capres/cawapres dengan berbagai macam slogan dan banyak
atribut yang “menghiasi” hampir setiap sudut di nusantara tak terkecuali di
Kota Kupang Kota Kasih ini, lengkap disertai dengan janji-janji politiknya, itu
semua dalam rangka menghimbau, mengajak, dan meyakinkan masyarakat bahwa para
caleg tersebut layak untuk dipilih. Intinya pencitraan diri secara positif, dan
itu bukanlah sesuatu yang dilarang oleh perundangan-undangan yang berlaku. Pencitraan
yang dilakukan para caleg beragam. Ada dengan cara-cara memasang baliho
berbagai ukuran dengan senyum yang sumringah, termasuk yang dipasang di angkutan
umum, ada pula caleg yang memberikan hadiah pada acara-acara perlombaan yang
digelar organisasi kepemudaan, pun ada yang membuat jalan, memberikan bantuan
biaya pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu, dan bantuan kepada panti
asuhan, gereja, masjid, kelompok-kelompok keagamaan, dan sebagainya. Pencitraan
adalah sesuatu yang dibolehkan dilakukan para caleg. Tetapi apakah pencitraan
dengan serta merta akan dipilih oleh masyarakat? Jawabannya tentu tidak
sesederhana itu. Terpilih atau tidak terpilihnya sang caleg sangat bergantung
kepada seberapa besar keyakinan masyarakat kepada calonnya untuk bisa
mewakilinya kelak di lembaga legislatif. Tentu keyakinan tersebut berdasar, di antaranya
mengetahui rekam jejak (track record) sang
caleg, kapasitas sumber daya manusianya yang tidak diragukan lagi, perilaku
yang baik di tengan-tengah masyarakat, telah cukup banyak berbuat sesuatu dalam
kehidupan sosial yang telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,berkarakter,
dan yang paling penting adalah “melakukan
apa yang dikatakannya” (berintegritas).
Di semua lapisan masyarakat ada seruan yang
kuat agar para pemimpin, baik di bidang usaha, politik atau agama, hidup
berintegritas. Integritas dipandang sebagai kualitas yang sangat mendasar dan
penting dalam kepemimpinan. Namun pertanyaannya mengapa menjadi penting seorang
pemimpin memiliki integritas? Integritas adalah modal utama seorang pemimpin,
namun sekaligus modal yang paling jarang dimiliki oleh seorang pemimpin.
Integritas ialah keadaan di mana sesuatu sama dan lengkap dalam suatu kesatuan.
Artinya : “Kata-kata saya sesuai dengan perbuatan saya, kapanpun dan di manapun
saya berada”. Orang yang berintegritas ialah orang yang punya prinsip, orang
yang memiliki kepribadian yang teguh dan mempertahankannya dengan konsisten. Integritas bagi seorang pemimpin merupakan alat yang sangat kuat untuk
memimpin dan dapat meningkatkan kredibilitasnya di mata orang-orang yang
dipimpinnya.
Ciri-ciri integritas
yang sangat penting menurut hemat penulis, yaitu: 1) Ketulusan: motivasi
yang murni. Pemimpin yang tulus adalah pemimpin yang memiliki motivasi yang
murni. Kemurnian dari motivasi pemimpin dapat ditunjukkan melalui transparansi
hidup, kerelaan hati dan keterusterangan. 2) Konsistensi:
menjalani kehidupan sebagai suatu keseluruhan. Pemimpin yang memiliki konsistensi dapat dinyatakan melalui komunikasi. Komunikasi
yang dibangun adalah komunikasi yang dilakukan secara dua arah, di mana
pemimpin tidak hanya memikirkan dan menghendaki keinginan dan kemauannya
yang didengar dan diterima oleh orang lain, tetapi ia juga harus bisa menerima
keinginan dan kemauan dari orang lain,
dan 3) Keandalan: mencerminkan kesetiaan kepada
Allah. Keandalan dapat ditemukan lewat kekudusan, kesetiaan, dan
pengetahuan akan firman Allah dari kehidupan pemimpin. Kekudusan
berbicara tentang karakter Allah, di mana Allah itu kudus dan Ia terpisah dari
dosa. Pemimpin harus hidup dalam kekudusan dengan demikian ia hidup dalam
karakter Allah yang akan mendatangkan reputasi yang baik. Reputasi yang baik
membuat pemimpin dapat diandalkan, demikian sebaliknya. Area yang sering kali
menjadi tempat kejatuhan para pemimpin, yaitu: kedudukan, harta, dan
seks. Selain kekudusan, pemimpin
yang dapat diandalkan adalah pemimpin yang memiliki kesetiaan. Kesetiaan
yang dimaksud adalah pemimpin memiliki loyalitas dan komitmen kepada Tuhan,
organisasi, dan orang-orang yang dipimpin. Loyalitas dan komitmen pemimpin akan
teruji melalui setiap tantangan dan hambatan dalam kepemimpinannya. Keandalan yang terakhir dari pemimpin adalah
pengetahuan akan firman Tuhan, karena Alkitab adalah sumber utama dalam
pengambilan keputusan.
Kembali
kepada para caleg (calon-calon pemimpin). Menurut hemat penulis, banyaknya
atribut caleg seperti baliho, spanduk, poster, dan kalender yang terpasang
hampir di semua jalan dan tempat di dapilnya tidak menjamin dapat meraih suara
yang banyak pula, karena kini masyarakat telah rasional dalam menentukan sikap,
dan tidak gampang (lagi) terombang-ambing dengan janji-janji manis. Hal
tersebut mengindikasikan masyarakat mulai cerdas dalam menentukan pilihannya.
Jumlah atribut sang caleg tidak selalu berbanding lurus dengan perolehan suara.
Walaupun demikian segala upaya dan usaha yang telah dilakukan para calon
pemimpin ini dalam mengekspose diri mereka kepada masyarakat patutlah diberikan
apresiasi dan dihargai dengan keyakinan bahwa kelak jika para calon pemimpin
kita ini terpilih menjadi pemimpin dalam berbagai tingkatan pemerintahan khususnya
di Kota Kupang maka menjadi harapan kita bersama bahwa mereka yang terpilih akan
menjadi pemimpin yang berintegritas “melakukan apa yang dikatakannya dan
mengatakan apa yang dilakukannya.” Sekian.